WASPADA BACA SATU BUKU (Tentang Aku dan Dia)
Kita adalah gabungan antara kamu dan aku, banyak sekali cerita yang terjadi akibat keterkaitan itu. Hebatnya kamu dapat memilih, dan akupun bisa memilih, kita bebas membuat cerita masing-masing, suka, duka, susah, dan senang. Menyenangkan sekali jika kita ternyata memahami satu sama lain, bukan menebak apa yang ada di benak lawan bicara, disitu muncul prasangka yang bermunculan, awalnya sekali eh.. keseringan dan bermacam-macam, dan itu menjadi aneh dan serasa ada yang kurang, jika kita tinggalkan. Bukan hidup banyak masalah, tapi kita aja yang males selesaikan satu-satu, kita hanya tegang, maklum karena kita lihat satu hal hanya melihat kemungkinan buruknya, jadi gak pede selesainnya, akhirnya banyak orang mengatakan itu masalah, dan menjadi mitos yang seakan nyata padahal kita hanya perlu selesaikan sampai beres dan sedikit tenang.
Gak banyak contoh sebenarnya buat jelasin ini semua, ya seperti yang terjadi dalam kehidupan, saat kita buka chat WA dan lagi naksir sama satu orang, banyak pertimbangan baik-buruknya saat kita memberanikan diri buat chat dia, wah bakal di read gak ya, dibales gak ya, atau mau gak ya kenalan?, pertanyaan itu semua yang menimbulkan tunas harapan, yup harapan buat dibales dengan sempurna haha, terkadang dalam benak muncul prespektif lain, yang memang belum tentu terjadi pada kita, percaya atau gak kita seolah menjadi merasa tersakiti,padahal oleh perspektif (pandangan) kita sendiri, pesan chat yang hanya centang biru dan dibales sempurna itu bukan keharusannya untuk kita, disinilah kita belajar memahami, menerima kenyataan, tentunya mengecek kekuatan sabarnya sampai mana dalam menyelesaikan apapun yang terjadi. Memahami disini apa? jadi gini, mungkin dia yang kita harapkan balasan chatnya lagi ada persoalan menyangkut dirinya, yang harus diselesaikan kita gak tau kan?. Jadi apa yang harus kita terima kenyataan? saat harapan itu tak sempurna yang kita bayangkan, yaudah no problem, bersukur dan lakukan yang terbaik lagi, lagi dan lagi. Sekali sampai kebeberapa kali, dan itu tak jadi benci pada kita sendiri, tenanglah sedikit inilah proses mengasah kesabaran kita, tajam gak ya..
Kemungkinan jika kita baca satu buku ialah :
1. Menyepelekan orang lain
2. Cepat menyimpulkan salah, dan menurutnya selalu benar.
3. Persoalan terlihat membesar karena pemikiran mencari solusi sempit
4. Toleransi dianggap sepele
5. Timbul permasalahan lain
6. Nyaman dengan kesalahan
Perspektif kita terlahir kokoh dari apa yang kita alami dan baca, ada yang baca hanya buku komedi, jadi akhirnya membuat kesimpulan dan pendapat konyol tentang apapun. Ada yang menyimpulkan menurut kebanyakan orang yang kita anggap mewakili, atau kita terlalu hafal isi dari buku itu, yang lain tidak. kita menganggap kesimpulan yang lain tidak serius dan tidak menjawab. Jika kita baca bukan hanya satu buku, bakal banyak pertimbangan baik lain mengenai suatu hal, bukan hanya buruknya aja. Selain buku, baiknya kita membaca situasi dan tau kapan kita bertindak atau tidak. Yang terpenting ialah jangan puas tau akan sesuatu hal, evaluasi dan terus intropeksi biar gak selalu menjudge sesuatu yang menurut kita sendiri aja, tanpa memperdulikan orang lain, dan mau bagaimanapun juga, karena baiknya kita selaku insan saling mengingatkan satu sama lain.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemangat
BalasHapusNay pun
Hapus