Kopilih Jalanmu Sendiri
Segala hal telah aku lakukan hari ini, banyak hal yang kutemukan, susah, senang, sulit, mudah dan kaget sekali juga ada karena sebelumnya belum menemukan hal seperti itu. Inilah guru yang ada dimanapun kita berada, menemani rasa penasaranku sampai saat ini. Orang-orang menamakannya pengalaman, dan bagiku itu adalah teman selain guru. Teman yang ada dikala kita lupa dan ingat, teman yang menegur tanpa berkata, tanpa memaksa namun terdengar oleh sanubari kita sendiri.
Semua orang mulai dengan perannya masing-masing, ada yang memaksakannya karena kebutuhan, ada juga karena dirinya senang melakukannya. Sekarang bukan saat itu lagi, bukan sekedar memikirkan apa yang aku dapat, tapi bagaimana sekelilingku merasa baik-baik aja atas kehadiranku sendiri, semakin banyak pertimbangan saat mau melakukan sesuatu, "gimana ya kalo gini, gimana ya kalo gitu?", becanda yang mulai harus ditempatkan, serius juga sama, karena gak hanya kita yang mempunyai perasaan, gak semua nerima dengan tulus, dan sama-sama manusia yang bisa salah.
Ternyata beda ya kalo ngobrol doang, dibanding plus ngopi kayak ada pembuka obrolan gitu, lebih enjoy. Kerumitan kita terasa nikmat, harum, tapi pait dikit. Perpaduan itu yang menambah nuansa saling menguatkan. Aku percaya dengan siapapun temen ngobrol kita, telah menyampaikan wejangan yang berharga yang terkadang jarang aku amati. Aku dibesarkan masa dan petuah di sela-sela obrolan. Bersyukur bisa tukar perasaan lewat kata, aku dapat merasakan tanpa mengalami langsung, dari siapapun itu. Mau tua, tapi kan cuma lebih duluan mengalami, malah aku salut udah bisa rela berbagi pengalamannya. Maupun muda juga sama, barangkali ada hal baru yang aku lewati, jadi bisa aku persiapkan deh.
Sore itu dengan seseorang yang lebih tua dariku, banyak sekali yang aku sendiri gatau, disaat usiaku 19 tahun, dia memberitahu kesalahannya pada usia usianya 19 tahun, dia baru berusia 24 tahun, 5 tahun lebih tua dariku. Jadi gini, sore itu gak sengaja sih aku ketemu, dan gak ada niat juga sih buat sengaja ketemu dan berujung ngopi.., cuman gara-gara saat itu dia minta tolong ambilin ATKnya yang ketinggalan. Setelah aku ngasih alat ATKnya, dia disela kesibukannya meminta tolong lagi, buat bantu kerjaannya cuman ngerapihin draft yang baru dia print. Sebagai balasannya aku cuman di iming-imingi ngopi sama nyemil, yaudah karena aku sendiri gak terlalu sibuk, bantu aja. Sebelumnya aku bergumam dalam hati rendah sekali sogokannya, dan gue mau lagi haha.. mau aja cuman dikasihinkopi doang. maklum ya dia juga ngejar kerjaannya yang memang dia kerjain sendiri, di menanggung semua tugas merekap data, yang sebetulnya bukan kerjaanya semua, ya karena kerjaan dan imbalannya setimpal, yasudah jalanin aja katanya. Masih di jam 17.00 an wib, aku masih ngobrol dan dikit-dikit bantuin kerjaannya, asik ternyata saat aku sendiri mumet dengan problema hidup dan tugas kuliah daring yang memang gak jelas materinya, gini nih resiko belajar online (daring), si corona sih... Yang tadinya cuma mau bantuin bentar tapi larut dalam obrolan, sampai aku heran kenapa gitu dia mau kerja gini, ngerjain kerjaan orang.
Pada saat itu aku sempet juga bercerita tentang apapun itu, yang memang aku sendiri gak paham dan bertanya terus dalam diri ini, kenapa dan harus bagaimana?. Saking pokus ngobrol, kita gak sadar waktu menunjukan jam 17.24 wib. Dia baru aja berkeluarga, seorang calon ayah suatu saat nanti, makanya ia sendiri bilang, "ginilah ketika menjadi kepala keluarga, apapun yang kita takutkan harus kita lawan karena butuh", gimana lagi. Ia harus menghidupi keluarga baru yang dia sendiri jadi sosok pemimpinnya. Dia ngomong awalnya aku kira cuman becanda, dan pada akhirnya obrolannya bikin aku sendiri malu. Yang tadinya ngomongin RUU CIPTA kerja beralih ke arti hidup. Kata dia masa muda adalah masa berharga kita, suatu saat nanti. Kita sekarang adalah kita nanti, ya kalo waktu kita dihabiskan foya-foya, tinggal tunggu dan ambil konsekuensinya aja nanti, masa tua yang kelam tanpa skill, kerja keras disaat kita tua, padahal masa tua udah waktunya kita memetik hasil, melihat cucu sampe cicit bahagia.
Kopi ini berubah menjadi dingin, berbarengan dengan ragaku seketika terkejut, dan suhu tubuhku dingin seketika. melihat waktu sudah hampir jam 18.00 wib, obrolan tetap berlanjut. Ngomongin masa depan memang penuh tanda tanya, tapi kepastian semakin jelas jika kita sendiri mau melakukannya sekarang, jangan mengulur-ngulur waktu lagi, soal mempersiapkan pendidikan, pernikahan, sampe penghasilan kita nanti, ini yang katanya krusial.., kenapa krusial? banyak katanya pemuda yang sering melewatkan waktu yang penuh kesempatan itu. Di usia dia 19 tahun, ia melewatkannya, sampe nada bicara dia ada semacam tekanan dan kekecewaan dalam ekspresi wajahnya, aku memang bukan seorang psikolog, tapi tau aja dari makna yang ingin disampaikan. Di umur itu katanya dia mendapatkan hal yang tidak ia rencanakan, gara-gara tadinya terlalu berharap pada seseorang, berakhir kecewa. Gak nyebutin siapa-siapanya.. namun ia berpesan "siapapun itu" dengan suara menegaskan.
Tidak berhenti disitu, obrolan terus berlanjut, hingga kini terjawab deh pertanyaanku diawal tadi, soal 'ngapain sih kerjaan orang lain dikerjain semua sama dia sendiri..' itu tidak masalah katanya selama itu sesuai skill yang dia punya.., dia bilang ketika kita suka dengan apa yang kita kerjakan, capek gak akan jadi hambatan sekalipun.., waktu terasa begitu cepat, dan hasil yang kita raih dengan jeri payah sendiri, terasa nikmat dan ada suatu imbalan bonus kebahagiaan. Dia bilang penting sekali skill buat investasi kedepan. Muda hanya sekali, dan denger cerita itu, aku jadi bertanya-tanya "apa sih skill ku?", dia langsung ngejawab aja gatau kenapa, kayaknya ia bisa denger suara hati ya wkwk.., katanya mulailah dari sekarang sebelum terlambat, ini penting dan bakalan ngebantu juga nanti, ia berpesan. Aku terus terang aja banyak ketakutan gagal. Seketika ia memotong pembicaraanku, gini "bro, perbanyak jatah buat lo gagal!.. aku jawab lah kenapa jadi nyuruh gagal?!. Dia malah ketawa haha, maksudnya gini bro "semakin banyak lo gagal, semakin banyak tau nanti, pencerahan datang, dan lo bakalan semakin hati-hati untuk kedepannya(pengalaman nambah deh), tua nanti lo semakin kecil kemungkinan buat gagal. "Waktunya lo istirahat" dia bilang dengan penuh penekanan. Aku kaget sekali njirr.. dan saat itu aku jawab mati maksudnya?! haha. Maksudnya tercapai impian muda lo!, saat itu aku jawab 'OH', dengan tegang.
Kopiku kala itu jelas dingin dan kira-kira satu tegukan lagi, namun kubiarkan habis di waktu yang tepat. Obrolan sore itu tembus ke maghrib, saking asik dan aku anggap ini note penting buat aku bahkan siapapun itu, karena katanya kita semua gak telat, banyak juga yang sukses di usia tua, selama kita memilih bukan alasan kita buat terpuruk dan berhenti untuk menggapai asa. Menurutnya orang gagal adalah yang diam tidak memilih resiko yang akan nanti kita terima. "Hidup pasti ada pengorbanan bro" dan aku mulai mengangguk kepala, iya juga sih.. makin sini, aku mulai sedikit waktu istirahatku karena harus mengejar pengerjaan sesuatu yang kita rela lakuin, karena butuh atau suka.
Tegukan terakhir penuh ampas tapi ada manisnya gitu.., tapi terakhir tegukan ini aku diingatkan kembali untuk mempercayakan bahwa tegukan terakhir ini beda rasa bukan karena ini sisa atau ini ampas.. tapi ini adalah hasil kerja kerasmu sampai saat ini, pahit atau manis terimalah dengan hati yang tulus, bersyukur. Jangan berhenti sampai saat ini kalo kita penasaran, cari terus solusi, dan yang terpenting ambil kesempatan, yang terkadang tidak datang 2x.., tapi bukan alasan kita untuk berhenti jika usaha kita yang satu ini tidak berhasil, "percayalah banyak jalan lain, coba dan coba terus untuk mencapai harap yang kita harapkan.
Terakhir aku sadar bahwa ternyata ngopi gak selamanya cuman nikmati kafein, mau dibawa kemana obrolan dibawa? ternyata banyak pesan, juga motivasi, terutama untukku malam ini. Semua itu katanya yang dia alami, memberitahuku agar gak sama-sama melakukan kesalahan yang sama. Kopi malam ini berpesan "Kopilih jalanmu sendiri". Bye!
Komentar
BalasHapus